Usai latihan saman,
badan sakit semua. Hal itu tak perlu dielakkan lagi. Tapi bagiku, itu adalah
kesakitan terhebat yang pernah saya alami. Lutut bagian bawah berubah warna
menjadi ungu-kebiru-biruan, punggungku seperti diremas-remas, sakit sekali. Saya
merasakan ngilu dijari-jari tangan dan pergelangan tangan, lututku ngilu tidak
tertahankan, sendi-sendiku kayaknya rontok semua, mata berair, mulut keluar
darah, telinga keluar nanah. Oke oke some of them are lies. Saya tau ini sedikit
berlebihan tapi itulah yang saya rasakan saat ini—setidaknya beberapa hari
lalu. Sekarang saya merasa sedikit lebih sehat dan tidak sakit sakit badan.
Saya ingat beberapa
hari lalu, setelah pulang dari latihan, saya berjalan terseok-seok dari
sekolah. Capeeeek skali rasanya. Mungkin itu karena belum terbiasa dengan
latihan keras. Lantas saya langsung berbaring diatas tempat tidur, menarik
selimut, memasang headset ditelinga sebelah kiri, mencari SKIP FM yang sedang
mengudara, mendengarkan beberapa lagu dan akhirnya tertidur. Lelah sekali
rasanya. Bukan hanya lelah, tapi penat.
Saya mencoba
melepaskan penat dengan cara tidur namun ternyata kurang berhasil. Saya terbangun
dengan napas memburu, ngos ngosan, badan penuh peluh, dan bayang bayang mimpi
buruk lagi. Mimpi buruk untuk kesekian kali. LAGI. Saya sendiri bingung apa
yang terjadi dengan saya yang selalu mendapati mimpi buruk satu minggu
belakangan. Terlebih-lebih saat malam, saya memilih untuk tetap terjaga sampai
jam 3 subuh dan baru akan tidur setelah jam itu. Dengan tujuan agar saya bangun
lebih cepat tanpa mengalami mimpi mimpi yang membuat saya sesak.
Saya berpikir,
mungkin saya hanya terlalu capek sehingga sering mimpi buruk. Saya sering mimpi
dikejar kejar orang. Entah orang apa. Orang jahat mungkin. Suatu waktu, saya
mengadu pada Izzah, dia bilang: eh katanya guruku, kalo sering mimpi buruk,
berarti kita tidur sama setan. Saya yang mendengarnya langsung merinding, tidak
berani membayangkan bahwa selama ini saya tidak tidur sendirian tapi malah
tidur sama setan. Saya bukan main takut dan frustasi. Izzah juga menyarankan
agar saya jangan lupa mencuci kaki sebelum tidur, berdo’a dengan lengkap dan
tidur dengan pose yang benar. Semuanya sudah dilakukan tapi tidak ada hasil. Saya
tetap bermimpi hal hal yang tidak enak. Bingung dengan ini, saya hanya pasrah. Siapa
tau dari sekian banyak mimpi buruk, saya akan bermimpi bertemu pangeran yang
akan menolongku dari mimpi buruk yang terus mengukung *wakakakakakak dongeng
abis*
Beberapa hari lalu
juga, saya merasakan nyeri didada. Apalagi kalo lagi tidur, dadaku rasanya
dibebani ber-drum-drum minyak tanah. Sakit. Sesak. Terpaksa saya memilih duduk
berjam berjam hanya memandangi pintu kamarku yang cokelat muda. Tapi sedekit
kemudian, saya teringat Fadlun yang hari itu baru pulang dari Balikpapan. Baru
saja saya ingin menanyakan apakah saya boleh datang malam ini atau tidak, eh si
Fadlun sudah nyuruh duluan. Ya sudah, akhirnya nyeri didada itu terlupakan sejenak.
Mengingat novel-novel yang Fadlun janjikan akan ia pinjamkan setelah dia balik
ke Palu.
Setelah pulang dari
rumahnya Fadlun, nyeri didada benar benar pergi. Ternyata bercerita tentang
banyak hal tentang Balikpapan dan tertawa-tawa bersama benar-benar bermanfaat.
Mishfah
Fathiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar