Assalamu’alaikum
(lesu-__-)
Halo
world! (lebih lesu lagi-_____-)
Hari ini hari ketiga
saya bergabung dikelompok penari saman. Hari ini juga merupakan hari ketiga
saya melakukan latihan. Tiga hari berturut-turut latihan tanpa henti. Sebenarnya,
saya tidak tergabung dalam kelompok penari itu, tetapi atas perintah Mr. Yusri,
saya diseret masuk kedalam lingkaran orang-orang yang menari lincah-patah tanpa
kenal lelah. Jujur, ketika masih duduk dikelas 7, Mr. Yusri tidak sengaja
mengajarkan kami menari saman dan ketika itu juga, saya terpilih sebagai “special
student” yaitu siswa yang tergolong buruk dalam menari. Dan sejak itulah saya
tidak lagi mengenal tari saman sampai suatu waktu, sekolah mengadakan pertunjukan
antar kelas dan perfomance kelasku adalah semua warga 9c diharuskan melakoni
tari saman dan itu berarti saya juga harus menari.
Well sedikit-banyak
saya bisa melakukannya dengan yah cukup bagus. Dan asal kalian tahu, tari saman
ujug-ujug itu membuat warga sekolah “sedikit” ber-wah kagum melihat kami. Hahahaha
walaupun saat itu, saya tidak tahu gerakan apa saja yang sudah saya lakukan dan
saya rasa, semuanya terasa salah. Yayayayayaya ternyata saya tidak cukup
terlihat diantara kurang lebih 20 siswi perempuan yang berbaris memanjang,
bernyanyi dan bergerak. Kelasku cukup banyak melakukan perfomance didepan umum.
English Camp kelas 7, kelas 8, kelas 9, pensi siswa kelas 9 dua tahun lalu dan
juga pensi kelas 9 tahun lalu. Kami kerap tampil namun tidak mendapatkan
gumaman “wah” dari mereka yang melihat. Yah mungkin kami “kurang” menarik tapi
kami selalu berusaha melakukan yang terbaik (y)
Hey sebenarnya tujuan
saya menulis kali ini adalah untuk menumpahkan perasaan lelah yang mendera
beberapa minggu terakhir ini. Hahahaha eh ternyata malah mengenang momen getir
penampilan kelas kami yang menurutku hampir selalu gagal. Ya sudah, yang penting
sudah melakukan yang terbaik. Iya kan?
Oke let’s goin’ to
the main topic.
Tiga hari
berturut-turut latihan saman benar-benar membuat seluruh persendian dan otot
badan berdenyut-denyut kesakitan. Sebelum saya mengikuti latihan saman,
teman-teman yang sudah lebih dulu tergabung selalu mengeluh habis-habisan,
khususnya penari perempuan. Mereka selalu mengoceh tentang bagaimana sakitnya
lutut mereka dan pada saat itu, saya hanya menanggapinya dengan anggukan sambil
mengucap syukur karena saya tidak akan merasakan kesakitan itu. Tapi sayangnya,
saya berhenti bersyukur ketika mendapat kabar bahwa Mr. Yusri menyuruh saya dan
Winda bergabung dalam latihan. Saya yang mendengar kabar itu dari Kak Jihan
hanya bisa melongo hebat dan cepat cepat mengatakan bahwa saya ogah. Namun
koran telah menjadi bubur, saya tidak bisa menolak-__- dan akhirnya...
disinilah saya berada. Bernyanyi dengan suara yang hampir tak terdengar, berusaha
melemaskan tangan agar terlihat gemulai saat ber-he-la-ho-yan, menepuk nepuk
lantai masjid yang berdebu, dan duduk hampir dua jam lamanya.
Pertama kali ikut
latihan, saya harus menyesuaikan diri dengan semua gerakan yang tidak saya
pahami kecuali assalamu’alaikum dan heyjala. Saya terus menerus merutuk dalam
hati karena gerakanku yang tak pernah sama dengan teman-teman lain. Saya terlihat
berbeda sendiri. Kaku dan tidak bertenaga. Merasa putus asa, saya membiarkan
lagu yang dinyanyikan langsung oleh Mam trainer membawaku pada gerakan entah
gerakan apa. Saat itu, Mam trainer masih memaklumi saya yang melakukan
kesalahan hampir disemua gerakan namun saat latihan usai, Mam trainer
mengingatkan teman-teman lain untuk mengajari saya dengan tekun. Saya pun
berjanji akan latihan lebih baik lagi setelah istirahat.
Saat jam istirahat,
saya merengek minta diajari oleh Syarifah. Sebenarnya saya pun tidak tega
melihat wajah letih Syarifah. Tapi saya juga tidak mau terus menerus ditegur
oleh Mam trainer. Akhirnya dengan suka cita Syarifah mengajari saya setiap
gerakan. Syarifah memang selalu sabar mengajari. I knew it.
Hari pertama saya
latihan, lewat. Saya mengalami kemajuan—sangat sedikit-__-
Hari kedua datang,
saya agak bersemangat mengikuti latihan hari itu dan ternyata semangatku tidak
sia-sia karena hari itu pula, Mr. Yusri langsung yang membimbing kita latihan. Beliau
bernyanyi bak orang kesurupan. Sangat cepat dan membuat saya bingung. Selalu terjadi
kontroversi saat Mr. Yusri yang membimbing, kami pasrah saja menerima apapun
yang beliau perintahkan. Kadang-kadang (baca: selalu) kami berbenturan pendapat
dengan Mr. Yusri tentang gerakan yang ini, gerakan yang itu, dan gerakan
gerakan lain. Kami memiliki dua orang trainer, Mam and Mr. Yusri. So which one
should we follow? Bingung, kami hanya manggut manggut, menghela napas
panjaaaaaaaaang skali. Lelah.
Hari ini hari ketiga,
Mam trainer tampak serius namun masih tetap tersenyum dan tertawa. Belakangan ini
saya tau, bahwa beliau sedang mengandung lima bulan. Wow what a strong woman
she is. Hari ini pun masih sama dengan hari hari latihan sebelumnya. Masih banyak
kesalahan disana sini, masih sering berdebat dengan Sir Yusri dan masih
berkontroversi dengan perbedaan pikiran antara kami dengan Sir Yusri. Semuanya terjadi
begitu saja. Membuat kami lelah. Namun pasti ada hasil yang baik nantinya. I’m
sure with that.
Mishfah
Fathiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar