Rabu, 30 Mei 2012

Saman


Assalamu’alaikum (lesu-__-)
Halo world! (lebih lesu lagi-_____-)
Hari ini hari ketiga saya bergabung dikelompok penari saman. Hari ini juga merupakan hari ketiga saya melakukan latihan. Tiga hari berturut-turut latihan tanpa henti. Sebenarnya, saya tidak tergabung dalam kelompok penari itu, tetapi atas perintah Mr. Yusri, saya diseret masuk kedalam lingkaran orang-orang yang menari lincah-patah tanpa kenal lelah. Jujur, ketika masih duduk dikelas 7, Mr. Yusri tidak sengaja mengajarkan kami menari saman dan ketika itu juga, saya terpilih sebagai “special student” yaitu siswa yang tergolong buruk dalam menari. Dan sejak itulah saya tidak lagi mengenal tari saman sampai suatu waktu, sekolah mengadakan pertunjukan antar kelas dan perfomance kelasku adalah semua warga 9c diharuskan melakoni tari saman dan itu berarti saya juga harus menari.
Well sedikit-banyak saya bisa melakukannya dengan yah cukup bagus. Dan asal kalian tahu, tari saman ujug-ujug itu membuat warga sekolah “sedikit” ber-wah kagum melihat kami. Hahahaha walaupun saat itu, saya tidak tahu gerakan apa saja yang sudah saya lakukan dan saya rasa, semuanya terasa salah. Yayayayayaya ternyata saya tidak cukup terlihat diantara kurang lebih 20 siswi perempuan yang berbaris memanjang, bernyanyi dan bergerak. Kelasku cukup banyak melakukan perfomance didepan umum. English Camp kelas 7, kelas 8, kelas 9, pensi siswa kelas 9 dua tahun lalu dan juga pensi kelas 9 tahun lalu. Kami kerap tampil namun tidak mendapatkan gumaman “wah” dari mereka yang melihat. Yah mungkin kami “kurang” menarik tapi kami selalu berusaha melakukan yang terbaik (y)
Hey sebenarnya tujuan saya menulis kali ini adalah untuk menumpahkan perasaan lelah yang mendera beberapa minggu terakhir ini. Hahahaha eh ternyata malah mengenang momen getir penampilan kelas kami yang menurutku hampir selalu gagal. Ya sudah, yang penting sudah melakukan yang terbaik. Iya kan?
Oke let’s goin’ to the main topic.
Tiga hari berturut-turut latihan saman benar-benar membuat seluruh persendian dan otot badan berdenyut-denyut kesakitan. Sebelum saya mengikuti latihan saman, teman-teman yang sudah lebih dulu tergabung selalu mengeluh habis-habisan, khususnya penari perempuan. Mereka selalu mengoceh tentang bagaimana sakitnya lutut mereka dan pada saat itu, saya hanya menanggapinya dengan anggukan sambil mengucap syukur karena saya tidak akan merasakan kesakitan itu. Tapi sayangnya, saya berhenti bersyukur ketika mendapat kabar bahwa Mr. Yusri menyuruh saya dan Winda bergabung dalam latihan. Saya yang mendengar kabar itu dari Kak Jihan hanya bisa melongo hebat dan cepat cepat mengatakan bahwa saya ogah. Namun koran telah menjadi bubur, saya tidak bisa menolak-__- dan akhirnya... disinilah saya berada. Bernyanyi dengan suara yang hampir tak terdengar, berusaha melemaskan tangan agar terlihat gemulai saat ber-he-la-ho-yan, menepuk nepuk lantai masjid yang berdebu, dan duduk hampir dua jam lamanya.
Pertama kali ikut latihan, saya harus menyesuaikan diri dengan semua gerakan yang tidak saya pahami kecuali assalamu’alaikum dan heyjala. Saya terus menerus merutuk dalam hati karena gerakanku yang tak pernah sama dengan teman-teman lain. Saya terlihat berbeda sendiri. Kaku dan tidak bertenaga. Merasa putus asa, saya membiarkan lagu yang dinyanyikan langsung oleh Mam trainer membawaku pada gerakan entah gerakan apa. Saat itu, Mam trainer masih memaklumi saya yang melakukan kesalahan hampir disemua gerakan namun saat latihan usai, Mam trainer mengingatkan teman-teman lain untuk mengajari saya dengan tekun. Saya pun berjanji akan latihan lebih baik lagi setelah istirahat.
Saat jam istirahat, saya merengek minta diajari oleh Syarifah. Sebenarnya saya pun tidak tega melihat wajah letih Syarifah. Tapi saya juga tidak mau terus menerus ditegur oleh Mam trainer. Akhirnya dengan suka cita Syarifah mengajari saya setiap gerakan. Syarifah memang selalu sabar mengajari. I knew it.
Hari pertama saya latihan, lewat. Saya mengalami kemajuan—sangat sedikit-__-
Hari kedua datang, saya agak bersemangat mengikuti latihan hari itu dan ternyata semangatku tidak sia-sia karena hari itu pula, Mr. Yusri langsung yang membimbing kita latihan. Beliau bernyanyi bak orang kesurupan. Sangat cepat dan membuat saya bingung. Selalu terjadi kontroversi saat Mr. Yusri yang membimbing, kami pasrah saja menerima apapun yang beliau perintahkan. Kadang-kadang (baca: selalu) kami berbenturan pendapat dengan Mr. Yusri tentang gerakan yang ini, gerakan yang itu, dan gerakan gerakan lain. Kami memiliki dua orang trainer, Mam and Mr. Yusri. So which one should we follow? Bingung, kami hanya manggut manggut, menghela napas panjaaaaaaaaang skali. Lelah.
Hari ini hari ketiga, Mam trainer tampak serius namun masih tetap tersenyum dan tertawa. Belakangan ini saya tau, bahwa beliau sedang mengandung lima bulan. Wow what a strong woman she is. Hari ini pun masih sama dengan hari hari latihan sebelumnya. Masih banyak kesalahan disana sini, masih sering berdebat dengan Sir Yusri dan masih berkontroversi dengan perbedaan pikiran antara kami dengan Sir Yusri. Semuanya terjadi begitu saja. Membuat kami lelah. Namun pasti ada hasil yang baik nantinya. I’m sure with that.

Mishfah Fathiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar