Sabtu, 18 Februari 2012

Sesuatu itu...

   Dia sedang mengejar sesuatu yang nyata-nyata berada jauh di depannya. Jauh skali. Entah apa yang membuat dia senekat itu kali ini. Dia terus berlari mengejar sesuatu itu tapi tak kunjung sampai di tempat sesuatu itu berada. Sisi lain dirinya telah mengingatkan bahwa dia hanya akan berdiri di atas kegagalan. That she will be in vain. Tapi sisi lain dari dirinya berontak dan malah memerintah kedua kakinya untuk terus melangkah maju bahkan berlari sekuat tenaga. Kedua tangan kecilnya menggapai-gapai sesuatu itu. Tapi tidak… itu masih sangat jauh.
   Tiba-tiba dia berhenti. Napasnya memburu. Tersengal-sengal. Peluh bercucuran dari dahinya. Letih bukan? Sesuatu bersuara. Ya, dia letih. Capek. Hatinya, pikirannya, apalagi fisiknya. Semua terasa melelahkan. Perjuangannya… ha? Apakah semua itu merupakan sebuah perjuangan? Perjuangan apa? sesuatu bersuara lagi. Perjuangan dengan cara berlari menggapai-gapai sesuatu yang tidak jelas di depan sana? Suara itu menuntut. Dia bergeming dan jatuh terduduk. Sesuatu itu tambah jauh dari jangkaunnya hingga hanya kelihatan seperti titik di kejauhan sana. Dan lama-kelamaan sesuatu itu lenyap dari pandangannya. Dia berteriak dengan napas yang masih tersengal-sengal. Dia meneriakkan sesuatu itu. Tidak. Itu bukan sesuatu. Itu seseorang. Dia berteriak memanggil nama seseorang.
   “……….!”
   Tidak ada sahutan. Tidak ada jawaban.
   Sesuatu yang bersembunyi di balik kelopak matanya akhirnya berhamburan keluar. Pandangannya nanar menatap sosok yang tidak lagi nampak jauh di depan sana. Dia terisak. Tersedu-sedu. Dia tidak pernah berpikir akan sesakit ini. Itu yang kau kejar? Suara itu datang lagi. Itu yang membuatmu berlari seperti orang kesetanan? Lagi-lagi suara itu menuntut. Itu yang membuatmu nekat? Melakukan hal-hal bodoh dan tolol lainnya sebelum ini? Apakah ada alasan yang lebih masuk untuk semua ini? Suara-suara itu terus berdatangan, membuat telinganya sakit.
   “Anak bodoh” tidak ada lagi sahutan-sahutan lain setelah itu. Anak bodoh? She is. STUPIDO. Anak itu—dia bangun dari duduknya setelah menumpahkan semua persediaan air matanya kemudian berjalan pergi. Berlawanan arah dengan sosok yang tadi dikejarnya. Dia sadar, dia tidak lagi mengejar-ngejar sesuatu itu. Dia berpikir, masih banyak sesuatu-sesuatu lainnya yang harus dia kejar di luar sana. Ada yang lebih membutuhkan gapaian kedua tangannya. Perhaps him…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar