Rabu evening. 28:39.
Besok BTE lagi. Innalillahi. Sekarang saya yang uring-uringan mo cari tripleks dimana. Sebenarnya, saya mau menjadikan Nada sebagai target membawa tripleks. Hanya saja tadi sore, ia datang dengan wujud sms dan mengaku bahwa ia tidak bisa membeli tripleks dikarenakan Abinya belum pulang. Eaea -_- sama Nadaaaa. Abiku jga belum pulang kasian tapi dengan rasa penuh tanggung jawab, saya memberanikan diri untuk mengambil bagian membeli tripleks. Siapa lagi yang bisa dimintai tolong membeli kalo bukan Abiku? Setengah hati saya mengirim pesan singkat dengan tujuan meminta tolong belikan tripleks. Seperti biasa, Abiku hanya membalas: Iya…..
Fiuh. Alhamdulillah.
Satu jam kemudian… hamaaaa Abi besar skali tripleksnya! (dalam hati) kalo betul sa bilang begitu, hih so di jotos dari tadi saya. Sudah ba minta, ba protes lagi. Itu juga Pak BTE, ba suruh beli tripleks ukuran 2x2. Evanambasompu! Beberapa saat kemudian, saya dilanda kegalauan lagi. “Hai bagemana sudah saya mo bawa ke sekolah besok ini? kong pe besar jo. Te mungkin saya minta tolong Abiku lagi mo ba gergaji sampe itu tripleks jadi kecil-kecil (supaya gampang dibawa kesekolah pake motor). Atuuuut~ ya sudah, saya memutuskan utk membawa tripleks jumbo itu malam ini juga ke sekolah. Kakaku pun bersedia mengantar malah setengah mendukung aksi sedikit miring ini. di lain sisi, Adit berangsur-angsur mengirim sms serta merta bertanya dimana seharusnya membeli tripleks.
“Di toko bangunan”
“Io, dmna?”
“Di Masomba”
“Dimananya?”
“cgrfdthevcgbvhdbjdnsdjk… tapi kayanya kalo malam so tutup”
“Kluar dlu..”
Beh dorang ini sudah di depan ini. Adit en Ramdhan. Terpaksa, sya yang baru pulang dari fotokopi—mengambil buku AKASIA Matematika—menyeret-nyeret kakiku ke depan.
“Weh dimana?”
“Ada itu di Masomba tapi kalo malam begini sudah tutup. Eh kamorang liat saya punya tripleks. Besar skali. Kalo mau baku potong lah”
“Coba mana sa liat”
“Sini e”
Sejurus kemudian, telah tersedia dua buah gergaji karatan, mistar besi panjang, spidol permanen, batang kayu sebagai penyanggah dan tentunya tripleks jumbo yang siap disembelih menjadi dua bagian. Saya dengan kidmat mengamati Kakaku yang dengan senang hati membantu menggergaji. Adit yang hanya mampu memeberi sedikit penerangan melalui senter dari hape kulu-kulunya dan Ramdhan yang dengan takzim berjongkok di samping pagar—mengamati Kakaku yang sedang berjuang menggergaji. Melihat sosok Ramdhan yang hanya diterangi temaram venus di ujung mata, he looks so dazzle *Wasekskali :p* sementara Adit, terus berceloteh tentang Novi yang hapenya tidak bisa mengirim sms dan terpaksa menggunakan hape mamanya untuk membalas sms dari Adit.
Akhirnya… acara pemotongan selesai. Walaupun ukurannya sedikit berbeda, intinya barang itu terbagi dua dan otomatis akan lebih mudah dibopong ke sekolah nanti.
“Weh sudah bawa kesekolah sudah sana. Bawakan juga tripleksku ha. Taro di kelas”
“Iyo. Ayo Ramdhan pigi kita. Weh, pegang ini tripleks”
“Iyo sabar. Ba buka pagar ini dulu”
Akhirnya… Adit yang mengendarai motor serta Ramdhan dan dua lembar tripleks yang dibonceng dibelakang bergegas ke sekolah. Terlihat skali Ramdhan yang kesusahan menggandeng dua lembar tripleks yang juga masih jumbo walau sudah di potong dua.
“Weh hati-hati!”
“Weh Adit mo jatuh he mo jatuh”
“Weh Ramdhan jangan ba goyang-goyang”
“Dada! Becareful! Hati-hati ada Udo di kelas”
Sampai mereka jauh, masih juga terdengar Adit dan Ramdhan yang berganti-gantian menggerutu membawa tripleks jumbo di malam Kamis. Haha. Andaikan Ramdhan terjengkang ke belakang dan jatuh… Oh no!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar