Apa yang sedang ia nantikan? Apa yang membuatnya setia menunggu? Apa? Apa? Ia merasakan alisnya saling bertaut karena berpikir terlalu keras. Seketika bahunya merosot dan menggumam: tidak ada. Tidak ada yang perlu ia tunggu. Tidak ada yang perlu ia harapkan dari orang itu. Orang yang menghempaskannya ke bumi tanpa ampun. Orang yang membuatnya jatuh tanpa membuat fisik luarnya terluka, tapi malah menciptakan luka di dalam fisiknya. Hatinya. Perasaannya. Semuanya tersayat-sayat akibat hempasan yang membuatnya hampir tak mampu lagi bangun di pagi hari. Pikirannya amburadul saat ini. Ia tidak mampu berpikir jernih. Ia tidak mampu lagi menangis karena merasa lelah jika harus menguras tenaganya yang begitu berharga hanya untuk menangisi orang yang tak pernah melihatnya. Tatapannya nanar. Ia hanya bisa melampiaskan semua itu dalam tulisan-tulisan kelabunya. Tulisan sendunya… gadis yang malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar