Lagi dan lagi hujan mengguyur kota Palu tanpa ampun tadi pagi. Kali ini ia datang dengan bejuta-juta butiran air yang terus menghempaskan diri mereka ke bumi dan sukses membuat siapa saja yang terkena hempasan itu basah kuyup sekuyup-kuyupnya. Awalnya ku pikir hujan pagi tadi takkan bisa menghalangiku untuk berlayar lagi menuntut ilmu di Tanjung Malakosa. Tapi ternyata aku salah. Hujan tadi pagi dengan seluruh kepercayaan dirinya, mampu menghalangi setiap orang yang hendak beraktifitas di pagi hari. Hujan itu pun sangat sangat menghambat perjalananku ke sekolah. Dengan berbekal jaket coklat kebesaranku, aku menembus gemeretak-gemeretak hujan yang terus menghujam seluruh tubuhku.
Aku mengendarai sepeda motor, tepatnya ‘dibonceng’ oleh sang Kakak. Karena motor zaman sekarang belum memiliki atap yang sempurna, maka aku senantiasa berbasahkan hujan sepanjang perjalanan yang ku tempuh hanya sekitar 5 menit. Sebenarnya, perjalanan ke sekolah bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang lebih 3 menit saja, tetapi berhubung orang yang membawaku ke sekolah tadi pagi hanyalah seorang pria yang tak mampu melajukan kecepatan motornya dengan alasan supaya tidak terjadi apa-apa, dengan amat terpaksa aku harus berbasah ria pagi tadi. Terutama rok bagian bawah. PASRAH T.T
Sesampainya di sekolah, aku mendapati kelasku dalam keadaan lengang. Hanya segelintir orang saja yang beridiri-diri di depan pintu menunggu teman-teman lain berdatangan dengan ekspresi yang bermacam-macam. Aku tertarik ingin melihat siswa-sisiwi SMP Al-Azhar yang mulai berdatangan dengan ekspresi yang berbeda pula. Gurat-gurat aneh tergambar jelas di wajah mereka. Aku dan beberapa teman terus berdiri sampai aku merasa kesemutan namun tak ku acuhkan. Toh kapan lagi aku bisa melihat pemandangan pagi yang menurutku—sangat unik. Bahkan sebelumnya, aku sempat melihat Atira—siswi kelas 9e yang berlari-lari kecil dan dengan tidak sengaja menjatuhkan hp-nya di tengah lapangan bulu tangkis. Hp yang malang.
Satu lagi yang menarik tuk dilihat pagi tadi. Yaitu: OJEK PAYUNG yang di canangkan oleh murid 8c. dikarenakan fasilitas payung yang amat memadai, mereka memiliki niat yang sangat mulia, yaitu mempayungi siswa-siswi yang hendak menuju kelas mereka. Mereka terus berlalu-lalang, bolak-balik memberikan tumpangan payung dan tentunya tidak ada pungutan biaya atas OJEK PAYUNG ini. Nabila dan Radit adalah icon ojekers pagi tadi. Salut sama mereka.
Setelah puas menikmati indahnya hujan deras versi Al-Azhar, Sir Andi pun menegaskan kepada semua siswa untuk segera masuk ke kelas masing-masing. Termasuk kami tentunya.
Pelajaran BTE… sungguh membosankan tapi menyenangkan. Sedikit. Ketika kami bertanya kepada Pak Ahmad, apakah kami akan tetap belajar BTE pagi hari ini atau tidak, eh si Bapak malah nyengir seraya berkata “Terserah kamu saja” saudara-saudara… bukankah itu adalah sebuah permulaan yang indah? Sebagai siswa yang sangat normal, kami pun—yang pada saat itu diwakili oleh Rafdi, dengan mantap menjawab “Oh, ok Pak. Te usa belajar dan” nice answer from Rafdi.
Akhirnya, kesenangan sesaat berakhir ketika Sir Ali memasuki kelas. Huf, that’s all.
WASSALAM~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar