Rabu, 21 Maret 2012

Amarah dan masalah.

Kita sedang dilanda masalah. Masalah yang benar-benar nyata adanya, nyata keberadaannya. Sesuatu yang tidak patut disepelekan. Sesuatu yang bukan sekedar fiktif, konga, ataupun lelucon. It’s not an absurd thing. Tak ayal, setiap yang bernyawa pasti dihadapkan pada suatu masalah. Berat maupun ringan. Dan sekarang, masalah sedang diperhadapkan kepada kita. Masalah yang berawal di pertengahan bulan Oktober lalu. Sesuatu yang sebenarnya bukan apa-apa dan tidak patut dipermasalahkan, kini menjadi “apa-apa” dan sungguh patut untuk dipermasalahkan. Kala itu, tidak ada orang yang benar-benar menyadari akan keberadaan si masalah tadi. Barangkali, semua mengganggap itu hal biasa tapi tidak dengan beberapa orang yang peka dan sensitif terhadap keadaan disekitarnya. Hingga pada masanya, masalah itu tiba dipuncaknya. Dengan hebatnya, ia memuntahkan segalanya. Berbagai macam opini, topik pembicaraan yang akan selalu sama tentang mereka, beribu-ribu bentuk kritik, cacian, ejekan, dsb. Orang-orang yang peka tadi ternyata merasa terganggu. Mereka membenci keadaan konyol yang terjadi disekitar mereka hingga mereka pun mulai membenci orang-orang yang menjadi dalang atas masalah itu.
Lima bulan berlalu, masalah terus beranak pinang. Menghasilkan masalah-masalah baru. Perdebatan lewat tatapan mata, gerak-gerik, dan ucapan terus menerus dilancarkan tanpa henti. Belum ada yang tahu, tepatnya, tidak ada yang tahu, masalah ini akan bermuara dimana. Tidak ada yang tahu, kemana masalah ini akan menyeret kita. Mungkinkah semuanya akan berakhir dengan sebuah perpisahan? Atau perdebatan tak berujung?
Samapai saat ini, tidak ada yang berani mencicipi manisnya buah kesabaran. Tidak ada yang ingin melangkah di atas jalan bernama musyawarah yang betul-betul bisa dipertanggung jawabkan dan bukan musyawarah yang seperti hanya memenangkan sebelah pihak. Semuanya berebut mengambil jalan bernama keegoisan. Tidak ada yang mau mendengarkan. Semuanya ingin didengarkan. Tidak ada yang mau mengalah, semuanya bersikeras untuk menang. Lalu bagaimana masalah akan terselesaikan? Ketika ditanya, tidak ada jawaban. Senyap. Hanya angin-angin amarah yang terus berhembus, menggoyangkan ujung jilbab dan rok mereka. Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar