Senyumnya selalu sama. Senyum yang menular. Sorotan matanya yang teduh tapi mengisyaratkan kekuatan melengkapi kepribadiannya yang kekurangan karisma. Postur tubuh yang tegap seperti tentara, suara yang merdu, selalu efektif dalama menggunakan kata-kata, tidak banyak bicara tapi banyak bertindak. Sosok yang membuat saya berdecak kagum “waktu itu”…
Kini, dia masih orang yang sama. Orang yang membuatku ketar-ketir dan sayangnya saya tidak bisa untuk tidak berdecak kagum sekarang dan mungkin juga nanti… saya akan selalu kagum. Kagum dengan sikap dan tutur katanya. Walaupun saya kurang mengenalnya dan jika dilihat sepintas, pasti orang-orang akan beranggapan bahwa dia adalah anak urak-urakan, persis seperti pertama kali saya melihatnya.
…
“Sekarang, dia duduk tenang dikursinya. Membaca sesuatu dengan songkok hitam tersemat dikepalanya. Perhatiannya tersedot oleh buku yang ada ditangannya tanpa menyadari bahwa seseorang diseberang dunia tengah memandangnya kagum. *Halah, sok puitis lagi* seseorang yang memandang anak laki-laki bersongkok hitam itu memutar kembali posisi duduknya menghadap papan tulis. Agak kesal dia karena di acuhkan oleh si songkok hitam tadi. Terlihat mulutnya yang manyun kedepan. Kasiaaaanyaaa -.- seseorang yang memandang anak songkok hitam tadi kemudian mengalihkan perhatiannya dari papan tulis dan mengeluarkan novel yang cukup tebal dari dalam lacinya. Sejurus kemudian dia sudah tenggelam dalam buku bacaannya. Dia berpikir, mungkin membaca akan menjernihkan suasana hatinya”
…
Saya benar-benar tidak mengharapkan apa-apa dari semua ini dan apabila saya berharap sesuatu, sudah pasti orang itu tidak akan memberinya. Dia hanya akan membalas harapan itu dengan tatapan heran dan gelak tawa mengejek. Hah, geger saya dibuatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar