Malam itu, saya menengadah ke langit. Gelap. Tidak ada bulan, tidak ada bintang dan 5 planet yang sedang berparade sepertinya telah usai. Ada perasaan kecewa terbit di pedalaman hatiku. Beberapa malam terakhir dimana seharusnya saya menyaksikan parade itu, ternyata langit selalu mendung, gelap, berawan dan sendu. Hah, hilang sudah kesempatan melihat benda-benda langit yang selalu saya kagumi itu. Malam ini saya butuh inspirasi, keluhku malam itu. Tapi inspirasinya berada dibalik awan-awan mendung tersebut. Kepalaku masih menengadah, sedikit keram karena sudah terlalu lama. Saya kembali menunduk dan memperbaiki posisi dudukku diatas motor revo milik Kakaku. Apa daya? Tidak mungkin saya menyibak gerombolan awan dengan sekali sapuan tangan? Mustahil.
Saya memilih mendongak lagi. Mencari-mencari sesuatu diatas sana. Sesuatu yang mungkin bisa membawa ketenangan ke pangkuanku. Tapi hal itu belum juga diketemukan. Saya menunduk lagi, memikirkan bahwa suatu saat nanti ketenangan akan singgah dihadapanku dan membawaku pergi. Saya yang dari tadi bengong lagsung terkesiap mendengar suara Kakaku yang memanggi-manggil untuk membukakan pintu pagar. Dengan malas, saya turun dari motor dan menutup kembali pagar. Pupus…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar